Pages

Selasa, 10 Februari 2009

Ada Apa Dengan Kita


Saat mobil mewah dan mulus yang kita miliki tergores, maka goresannya bagai menyayat hati kita. Saat kita kehilangan handphone di tengah jalan, sepertinya separuh tubuh ini hilang bersama barang kebanggaan kita tersebut. Dan saat orang mengambil secara paksa uang kita, seolah terampas semua harapan hidup.
Kita masih merasa tenang meski terlalu sering melalaikan sholat. Kita masih berdiri tegak dan sombong meski tak sedikit pun infak dan shodaqoh tersisihkan dari harta kita, meski di sekeliling kita anak-anak yatim menangis menahan lapar.
Manusia begitu rajin memikirkan sesama, harta, jabatan, serta urusan keduniaan lainnya, tetapi mereka demikian pelit untuk meluangkan waktu guna mengingat Pencipta mereka di setiap waktunya. Sadar atau tidak, hal ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Penulis di sini bukan mengklaim, akan tetapi mencoba untuk saling mengingatkan bahwa perjalanan kita menuju impian dan cita-cita untuk bisa menghadapnya masih sangat panjang dan penuh dengan kerikil-kerikil tajam yang apabila kita berjalan di atasnya tanpa menggunakan alas kaki besar kemungkinan telapak kaki kita ini akan mengalami goresan-goresan yang diakibatkan olehnya.
Semua itu hanya merupakan sedikit gambaran bagaimana kita bisa mengenal diri kita sendiri dengan apa yang telah kita perbuat, benarkah atau salahkah. Ah, mungkin itu hanya dentuman/ledakan yang tidak akan pernah keluar dari persembunyiannya. kita tak pernah ambil pusing dengan tumpukan dosa yang mengotori tubuh ini, kita tak pernah merasa malu berjalan meski wajah kita penuh noda kenistaan, kita pun tak pernah tahu bahwa titik-titik hitam terus menyerang hati ini hingga saatnya hati kita begitu pekat, dan kitapun tak pernah mencoba memperbaharuinya
Dalam kehidupan ini kita harus siap dengan segala kemungkinan yang ada. Kita boleh berencana dan berharap tentang apa yang akan kita miliki, kita rasakan dan kita raih dalam hidup ini.
Perubahan, mawas diri, intropeksi, itulah yang selalu menjadi pemikiran kita bersama untuk berjalan menuju Hijrah yang lebih baik, pada dasarnya kita semua mempunyai usaha dan impian untuk berhijrah entah itu setiap jam, hari, bulan dan bahkan setiap tahun. Terkadang kita tidak pernah menyadari sampai mana perjalanan hijrah kita ini cukup kah atau bahkan belum sama sekali kita mulai.
Rasulullah dalam sejarah kita tahu beliau pun pernah berhijrah untuk menyelamatkan para sahabatnya, untuk konteks saat ini kita mencoba memaknai Hijrah yang barang tentu bukan berpindah tempat dari satu tempat ketempat yang lain melainkan seperti apa yang telah dijelaskan di atas. Sekali lagi mari kita merenungkan bagaimana kita mampu mensikapi Hijrah di dunia yang sekarang ini.
Dengan segala kealpaan dan kekhilafan, kita tak pernah takut jika Allah Yang Maha Menguasai segalanya membenci kita dan memalingkan wajah-Nya, kita pun tak pernah mau tahu, Baginda Rasulullah mengenali kita atau tidak di Padang Mahsyar nanti. Kita juga, tak peduli melihat diri ini jauh dari kumpulan orang-orang sholeh dan beriman…… Saudaraku, tanyakan dalam hati kita masing-masing, ada apa dengan kita ?

1 komentar:

Umar Puja Kesuma, S.Pd. mengatakan...

Menarik sekali membaca artikel ini. Memahami diri sendiri dengan satu pertanyaan simpel tapi sulit untuk menjawabnya "Ada Apa dengan Kita" (ciee...mirip judul film aje nih).

Hmmm...ada apa ya?
Kita memang harus tahu siapa kita dan apa yang ada pada diri kita. Tapi percayalah ada satu kunci untuk mengetahui siapa kita sesungguhnya, yaitu berbuat baik kepada orang lain.

Salam Hangat dari BISNIS GURU, Bang Nasir!
KLIK BISNIS GURU : Referensi Bisnis Online dan Info Pendidikan

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com