Pages

Sabtu, 18 April 2009

GURU ADALAH SEGALANYA

Tidak bisa dipungkiri, bahwa kondisi pendidikan di negeri kita saat ini babak belur. Dari sisi SDM misalnya, yang dihasilkan oleh pendidikan kita jauh dari harapan. Saat ini, hampir di seluruh kota-kota besar tawuran antar pelajar, seks bebas, narkoba, dan perilaku rusak lainnya seolah-olah menjadi ‘teman karib’ para pelajar sekarang. Kepribadian mereka kacau; tidak tersentuh sama sekali nilai-nilai Islam. Memang, ada pelajar-pelajar yang berprestasi dan berkepribadian tangguh, namun jumlah mereka tidak sebanyak pelajar yang ‘bermasalah’.
Ironis manakala kita hanya sibuk dengan urusan dan program umum saja, sedangkan bekal agama bagi anak-anak didik kita sangat minim bahkan mungkin tidak ada. Pertanyaanya adalah siapa sebenarnya yang sangat berperan disini, orang tua kah atau guru.
Mitos yang berkembang dimasyarakat adalah guru merupakan sarana yang bisa membentuk si Anak untuk menjadi lebih baik dan berguna, tapi kita sering melupakan bahkan tidak peduli dengan peran kita sebagai orang tua. Gambaran di atas merupakan cerminan betapa kurangnya peranan orang tua dalam membentuk karakter anak untuk menjadi insan yang berguna dan dapat diandalkan dalam masyarakat umum. Bersambung....

Selasa, 14 April 2009

WANITA ANTARA HARAPAN DAN TUJUAN (Kartini Masa Kini)

  1. Dalam sejarah manusia, perempuan adalah bagian dari pihak yang seringkali mengalami sejarah ‘hitam’. Bahkan dalam sejarah teologis, cikal bakal hidupnya manusia di bumi dianggap karena kesalahan perempuan, dalam hal ini adalah Hawa yang membujuk Adam untuk melanggar perintah Tuhan; memakan buah larangan (khuldi).
    Sejarah pun mencatat bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan di berbagai belahan dunia, baik dari pra-Islam maupun masa Islam datang hingga sekarang, pihak laki-laki selalu berada dalam posisi dominan. Padahal kaum perempuan juga pernah mengukir sejarah, misalnya Maryam ibu Isa al-Masih yang kita ketahui seorang perempuan saleh tanpa suami yang diberi ilham oleh Allah. Juga Siti Aisyah yang oleh Nabi disebut sebagai gudangnya ilmu, pernah menjadi pemimpin perang dalam perang Jamal. Kedua contoh ini hanya sebagian kecil dari bukti-bukti sejarah adanya peran publik wanita dalam tradisi Islam. Gerakan yang mengangkat isu kesetaraan laki-laki dan perempuan yang dalam wacana saat ini lebih dikenal dengan istilah kesetaraan gender berusaha meyakinkan publik bahwa wanita juga punya potensi dan kemampuan yang sama dengan kaum pria dalam segala bidang bahkan dewasa ini (menjelang pemilu) kaum wanita tidak mau ketinggalan bahkan merasa tertinggal dari rival abadi kaum Adam.
    Sementara itu, dewasa ini wacana yang berkembang tentang hubungan laki-laki dan perempuan lebih merupakan sebuah kategori sosiologis. Gender menurut kategori ini adalah suatu konsep yang menunjuk pada suatu sistem peranan dan hubungan antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan dan dilihat dari perbedaan biologis akan tetapi dari segi lingkungan sosial, politik, dan ekonomi.
    Menurut Qosim Amin dalam bukunya yang berjudul Sejarah Penindasan Perempuan, dikatakan bahwa perempuan di awal periode sejarah sesungguhnya telah memberi pengaruh pada komunitasnya. Mereka bisa berpartisipasi dengan laki-laki dalam mempertahankan sukunya. Namun, ketika manusia berubah dari masyarakat yang nomaden (berpindah-pindah) menjadi masyarakat yang bercocok tanam dan menetap, sebuah komunitas permanen tersebut kemudian akhirnya melahirkan sebuah institusi keluarga.
    Ketika manusia mulai menetap, isu perempuan dalam keluarga adalah isu yang pertama kali muncul. Disusul kemudian perdebatan mengenai posisi mereka di dalam ikatan perkawinan, baik perkawinan monogami maupun poligami. Perdebatan mengenai hak perempuan dengan pembatasan selir atau poligami adalah perdebatan yang bahkan telah ada sejak masa Nabi Muhammad Saw..
    Namun, seiring dengan “tergantikannya” peran sentral al-Quran dengan tafsir-tafsir yang nyaris semuanya ditulis laki-laki, perempuan terus terkekang dalam pandangan dan kehendak masyarakat yang berpusat pada laki-laki. Akibatnya, tingkat partisipasi dalam masyarakat dan tingkat pengakuan akan pentingnya sumberdaya perempuan tak kunjung meningkat.
    Jika diamati, kebanyakan tuntutan yang diajukan kaum perempuan berkaitan dengan hak pendidikan, memperoleh pekerjaan, tanah kekayaan dan perlindungan hukum. Karena memang pada saat ini, perempuan membutuhkan hak-hak yang resmi dalam memperoleh pilihan-pilihan rasional yang bebas dan bermanfaat. Ide kesetaraan laki-laki dan perempuan sesungguhnya telah ada dalam sistem etika Islam, hingga perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak-haknya masih terus berlangsung. Garis isu yang didengungkan pun nampaknya tidak pernah berubah jauh dengan isu yang muncul sekarang ini.
    Sebagaimana yang kita ketahui bahwa misi Islam yang paling besar adalah pembebasan. Pembebasan manusia dari kungkungan dunia pada konteks kondisi sosial, politik, ekonomi. Semua itu telah menciptakan sistem-sistem yang merantai atau membelenggu manusia baik itu berupa sistem sosial, ekonomi dan yang lainnya.
    Maka dari itu agama Islam hadir untuk menyelamatkan, membela serta menghidupkan keadilan dalam bentuknya yang paling konkret; membebaskan manusia dari kondisi-kondisi ketidakadilan.
    Dalam bukunya Cara Quran Membebaskan Perempuan, Asma Barlas mengajak kita membaca kembali al-Quran dengan semangat pembebasan. Ia menjelaskan bahwa meskipun berbeda secara biologis, laki-laki dan perempuan itu setara, bahkan sama pada tataran ontologism (watak). Kapasitas keduanya sebagai agen moral (moral agency) dan tugas kemanusiaan pun tidak berbeda.
    Perempuan dan laki-laki hanyalah kategori spesies manusia. Keduanya dikaruniai potensi yang sama atau sederajat, dari ihwal penciptaan, keberpasangan, hingga balasan yang kelak mereka terima di akhirat. Satu-satunya nilai pembeda di antara keduanya adalah takwa, yang paling tepat dipahami dalam kerangka sikap dan perbuatan. Itulah yang ditegaskan al-Quran, rujukan dari segala rujukan keislaman.

Selasa, 24 Maret 2009

MungkinKah Pelangi Itu Dapat Ku Sentuh

Dengan penuh harapanan agar menjadi seperti yang ada di tengah-tengah mereka sang maestro OKU TIMUR, sebuah kabupaten yang baru yang kini telah menjadi arah mata angin tetangganya, bahkan dengan kehadiran beliau sebagai Bupati OKU TIMUR.....banyak perubahan yang dirasakan oleh rakyat dan prajurit-parajuritnya.......
Herman Deru Yach itulah nama yang melekat pada dirinya, dengan kepiawaiannya dan murah senyumnya yang daat membius setiap mata nan memandangnya.......
yaaa hanya desahan dan harapan yang selalu ada di hati nurani ini minimal aQ bisa mencontoh karakter dan gaya kepemimpinannya yang humoris dan sederhana ini.........................
mungkinkah pelangi bisa kusentuh warnanya..................................!

Selasa, 10 Februari 2009

Ada Apa Dengan Kita


Saat mobil mewah dan mulus yang kita miliki tergores, maka goresannya bagai menyayat hati kita. Saat kita kehilangan handphone di tengah jalan, sepertinya separuh tubuh ini hilang bersama barang kebanggaan kita tersebut. Dan saat orang mengambil secara paksa uang kita, seolah terampas semua harapan hidup.
Kita masih merasa tenang meski terlalu sering melalaikan sholat. Kita masih berdiri tegak dan sombong meski tak sedikit pun infak dan shodaqoh tersisihkan dari harta kita, meski di sekeliling kita anak-anak yatim menangis menahan lapar.
Manusia begitu rajin memikirkan sesama, harta, jabatan, serta urusan keduniaan lainnya, tetapi mereka demikian pelit untuk meluangkan waktu guna mengingat Pencipta mereka di setiap waktunya. Sadar atau tidak, hal ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Penulis di sini bukan mengklaim, akan tetapi mencoba untuk saling mengingatkan bahwa perjalanan kita menuju impian dan cita-cita untuk bisa menghadapnya masih sangat panjang dan penuh dengan kerikil-kerikil tajam yang apabila kita berjalan di atasnya tanpa menggunakan alas kaki besar kemungkinan telapak kaki kita ini akan mengalami goresan-goresan yang diakibatkan olehnya.
Semua itu hanya merupakan sedikit gambaran bagaimana kita bisa mengenal diri kita sendiri dengan apa yang telah kita perbuat, benarkah atau salahkah. Ah, mungkin itu hanya dentuman/ledakan yang tidak akan pernah keluar dari persembunyiannya. kita tak pernah ambil pusing dengan tumpukan dosa yang mengotori tubuh ini, kita tak pernah merasa malu berjalan meski wajah kita penuh noda kenistaan, kita pun tak pernah tahu bahwa titik-titik hitam terus menyerang hati ini hingga saatnya hati kita begitu pekat, dan kitapun tak pernah mencoba memperbaharuinya
Dalam kehidupan ini kita harus siap dengan segala kemungkinan yang ada. Kita boleh berencana dan berharap tentang apa yang akan kita miliki, kita rasakan dan kita raih dalam hidup ini.
Perubahan, mawas diri, intropeksi, itulah yang selalu menjadi pemikiran kita bersama untuk berjalan menuju Hijrah yang lebih baik, pada dasarnya kita semua mempunyai usaha dan impian untuk berhijrah entah itu setiap jam, hari, bulan dan bahkan setiap tahun. Terkadang kita tidak pernah menyadari sampai mana perjalanan hijrah kita ini cukup kah atau bahkan belum sama sekali kita mulai.
Rasulullah dalam sejarah kita tahu beliau pun pernah berhijrah untuk menyelamatkan para sahabatnya, untuk konteks saat ini kita mencoba memaknai Hijrah yang barang tentu bukan berpindah tempat dari satu tempat ketempat yang lain melainkan seperti apa yang telah dijelaskan di atas. Sekali lagi mari kita merenungkan bagaimana kita mampu mensikapi Hijrah di dunia yang sekarang ini.
Dengan segala kealpaan dan kekhilafan, kita tak pernah takut jika Allah Yang Maha Menguasai segalanya membenci kita dan memalingkan wajah-Nya, kita pun tak pernah mau tahu, Baginda Rasulullah mengenali kita atau tidak di Padang Mahsyar nanti. Kita juga, tak peduli melihat diri ini jauh dari kumpulan orang-orang sholeh dan beriman…… Saudaraku, tanyakan dalam hati kita masing-masing, ada apa dengan kita ?

Sabtu, 07 Februari 2009

perjalan panjang



luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com